Halo Sahabat Mahasiswa!
Bingung membangun misi dalam hidup ? Siapa yang sudah baca artikel sebelumnya tentang kekuatan sebuah misi ? Kalau belum silakan dibaca ya.
Melanjutkan artikel kemarin, mission statement ternyata sangat penting. Bagaimana bangsa-bangsa di dunia yang sukses mampu menetapkan misinya. Lantas bagaimana membangun misi kehidupan ?
Membangun Misi Kehidupan
"Tuhan kami! Kaulah yang akan menghimpun manusia menjelang hari yang tiada diragukan adanya." Sungguh, Allah tiada pernah menyalahi janji.
-Q.S 3 Surat Ali 'Imran Ayat 9
Begitu banyak contoh-contoh penetapan misi (mission statement) yang dibuat manusia yang akhirnya berujung pada kehancuran. Seperti misi Nazi Jerman yang ingin menguasai seluruh daratan Eropa, misi Jepang saat itu yang ingin menguasai seluruh benua Asia, atau misi Stalin dan Lenin berambisi mengkomuniskan Uni Soviet, semua berakhir dengan sangat menyedihkan, dan misi itu bahkan sekaligus telah menjerumuskan puluhan bahkan ratusan juta umat manusia ke dalam jurang kesengsaraan.
Penetapan misi saat ini umumnya dibentuk berdasarkan logika tetapi seringkali mengabaikan suara hati yang fitrah, akibatnya yang adalah suatu doktrin yang menghasilkan langkah-langkah yang sering tidak manusiawi, seperti Hitler contohnya, atau juga "dajjal-dajjal" kecil yang ada di Indonesia yang telah begitu menyengsarakan rakyat banyak. Meskipun akhirnya hukum keseimbangan alam milik Tuhan telah menghempaskan mereka kembali. Contoh-contoh paham kapitalisme, komunisme yang begitu mengabaikan suara hati manusia membuktikan bahwa suatu langkah penetapan misi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan saja. Dibutuhkan suatu pemikiran yang sangat mendalam dan sangat hati-hati. Misi itu hendaklah tidak hanya terpaku pada aspek kognitif atau logika otak semata, tetapi harus mampu memberikan "koridor" yang sesuai dengan suara hati dan fitrah manusia (The God-Spot).
Suara hati itu sebenarnya berasal dari sifat-sifat Tuhan yang ditiupkan oleh-Nya ke dalam jiwa setiap manusia yang bersifat sama dan universal. Oleh karena itu "penetapan misi kehidupan" secara efektif bukan dibuat oleh logika manusia semata, tetapi juga bersumber dari Tuhan Sang Pencipta Alam. Inilah "mission statement" yang sesungguhnya. Pendapat ini diperkuat oleh Frankl sebagai berikut: Kita mendeteksi, bukan mencipta misi kita dalam hidup. Covey menambahkan lagi sebagai berikut: "Saya kita masing-masing mempunyai sebuah monitor atau indera internal, suara hati, yang memberi kita kesadaran tentang keunikan kita sendiri dan kontribusi tunggal yang dapat kita berikan. Seperti kata Frankl, "Semua orang mempunyai panggilan khusus atau misi dalam hidup."
Oleh karena itu, la tidak dapat digantikkan, atau hidupnya tidak mungkin dapat diulang. Jadi, setiap orang memiliki peluang unik untuk melaksanakan misi itu. Ini adalah sebuah pengakuan seorang penulis yang mulai mengakui dan menyadari baik disengaja atau tidak, tentang kebenaran bahwa isi 'syahadat' itu bukanlah manusia yang menetapkan, melainkan Tuhan. Hal ini sekiranya bisa lebih menguatkan dan meyakinkan setiap orang tentang kebenaran Rukun Islam pertama yaitu mengucapkan syahadat, yang telah diperintahkan Tuhan ratusan tahun yang lalu sebelum ilmu psikologi berkembang seperti sekarang ini. Kemudian Frankl mengatakan lagi: "Akhirnya manusia tidak perlu menanyakan apa makna dari hidupnya, tetapi ia harus sadar bahwa dialah yang ditanya. Singkatnya, tiap orang ditanyai oleh kehidupan; dan ia dapat menjawab kehidupan melalui kehidupannya sendiri; kepada kehidupan ia hanya dapat memberi respon dengan bertanggung jawab." Inilah bukti ilmiah modern saat ini akan kebenaran perintah Allah untuk mengucapkan mission statement, "dua kalimat syahadat". Inilah misi kehidupan yang sesungguhnya.
Sungguh, bagi orang yang takwa ada tempat yang aman dan bahagia.
- QS. 78 Surat An Naba'a Ayat 31
Sumber: Diadaptasi dari buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: emotional spritual quotient berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 Rukun Islam / Ary Ginanjar Agustian.
Comments
Post a Comment